Dapatkan Keuntungan Halal

Sabtu, 04 Agustus 2012

Keutamaan Berukhuwwah

A.      Pengantar Ukhuwah
Dasar Ukhuwah (persahabatan/persaudaraan) adalah cinta karena Allah.
Rasulullah bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai”
Ukhuwah yang dibangun bukan atas dasar inta karena Allah adalah ukhuwah yang rapuh. Contoh-contoh persahabatan bukan karena Allah seperti, persahabatan karena mau ujian, atau karena hal-hal duniawi yang lainnya.
Orang muslim karena imannya tidak mencintai ketika ia harus mencintai melainkan karena Allah Ta’ala, dan tidak membenci ketika harus membenci melainkan karena Allah Ta’ala, karena ia tidak mencintai kecuali apa yang dicintai Allah dan Rasu-Nya, dan ia tidak membenci kecuali apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya. Jadi, orang muslim mencintai karena Allah dan Rasul-Nya dan membenci karena keduanya.
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah, sungguh ia telah menyempurnakan imannya.” (HR. Abu Daud)
Berangkat dari perspektif inilah orang muslim mencintai seluruh hamba-hamba Allah Ta’ala yang shalih, ia berikan loyalitasnya kepada mereka, membenci seluruh hamba-hamba-Nya yang fasik, dan memusuhi mereka. Ini tidak menghalangi orang muslim untuk menjadikan sahabat-sahabatnya sebagai saudara karena Allah, dan ia beri cinta khusus kepada mereka, sebab Rasulullah menganjurkan menjadikan teman-teman sebagai yang baik sebagai saudara-saudara karena Allah.
Rasulullah bersabda : “Orang mukmin itu jinak dan bisa dijinakkan. tidak ada kebaikan pada orang yang tidak jinak dan tidak bisa dijinakkan. “(HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Hakim)
B.      Syarat Ukhuwah (persaudaraan)
Syaratnya ialah harus karena Allah, dan di jalan-Nya. Dalam artian bersih dari ikatan-ikatan dunia dan materi, serta motivasinya ialah iman kepada Allah Ta’ala, dan bukan yang lain.

C.      Keutamaan Bersahabat Karena Allah
1)      Bersaudara/bersahabat karena Allah merupakan kesempurnaan iman
2)      Mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya pada hari kiamat
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya disekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, dan di atas mimbar-mimbar tersebut terdapat orang-orang dimana pakaian mereka adalah cahaya, wajah mereka adalah cahaya. Mereka bukan nabi dan bukan pula syuhada. Para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” Ditanyakan kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kita.” Rasulullah bersabda, “Mereka saling mencintai karena Allah, saling duduk karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR. An-Nasai)
3)      Orang-orang yang berhak mendapat kecintaan Allah
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecintaan-Ku berhak dimiliki orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku. Kecintaanku berhak dimiliki orang-orang yang saling menolong karena-Ku.” (HR. Ahmad dan Al-hakim)
Rasulullah bersabda :”Seseorang berkunjung kepada saudaranya di desa lain, kemudian Allah menyuruh malaikat untuk berjalan mengikutinya. Ketika malaikat tersebut bertemu dengan orang tersebut, ia bertanya, ‘Engkau akan pergi kemana?’ Orang tersebut menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.’ malaikat bertanya ‘Apakah karena nikmat yang ingin engkau dapatkan?’ Orang tersebut menjawab, ‘Tidak, hanya saja aku mencintai saudaraku tersebut karena Allah,’ Malaikat berkata, ‘Aku adalah utusan Allah kepadamu untuk mengatakan kepadamu bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai sudaramu tersebut.” (HR. Muslim)
4)      Orang yang mendapat dilindungi Allah pada hari kiamat
Rasulullah bersabda :”Ada 7 orang yang dilindungi Allah di bawah lindungan-Nya pada hari tidak ada lindungan selain lindungan-Nya; … dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya bertemu karena-Nya dan berpisah karena-Nya…” (HR. Al-Bukhari)
5)      Ikatan iman yang paling kuat

D.      Ciri-ciri Orang yang Harus dijadikan sebagai saudara
1)      Ia berakal (waras)
2)      Ia berakhlaq mulia, sebab orang yang amoral kendati ia berakal, namun bisa saja ia dikalahkan syahwat dan emosi mendominasinya, akibatya ia berbuat jahat kepada orang lain.
3)      Ia bertaqwa, sebab orang fasik yang tidak taat kepada Tuhannya itu tidak bisa dipercaya, sebab tidak tertutup kemungkinan ia berbuat jahat terhadap saudara tanpa memperdulikan persaudaraan, dan lain sebagainya. Karena orang yang tidak takut kepada Allah, tidak akan takut kepada selain Allah dalam kondisi apapun.
4)      ia berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, jauh dari khurafat dan bid’ah, sebab akibat buruk pelaku bid’ah itu menimpa temannya.

E.       Bagaimana Cara Menjadi Sahabat yang Istimewa
Untuk menjadi sahabat yang istemawa bagi sahabat/saudaranya ialah harus memenuhi hak-hak persaudaraan berikut:
1)      Membantu dengan dana. Setiap saudara harus membantu saudaranya dengan dengan dana jika saudaranya memerlukannya dalam artian bahwa uang keduanya adalah uang bersama.
2)      Masing-masing dari dua orang yang bersaudara harus membantu saudaranya dalam memnuhi kebutuhannya, mengutamakan saudaranya dari pada dirinya sendiri, memeriksa kondisi saudaranya sebagaimana ia memeriksa kondisi dirinya, lebih mengutamakan saudaranya dari pada dirinya sendiri atau keluarganya atau anak-anaknya, menanyakannya dalam setiap 3 hari. Jika saudaranya sakit maka ia menjenguknya, jika saudaranya mengalami kesulitan maka ia membantu meringankannya, jika saudaranya lupa maka ia mengingatkannya, menyambutnya dengan hangat jika saudaranya mendekat, member tempat yang luas jika saudaranya ingin duduk, dan mendengarkan dengan serius jika saudaranya berbicara.
3)      Menjaga lisan dengan tidak membeberkan aib saudaranya baik sepengetahuan maupun tanpa sepengetahuannya, tidak membongkar seluruh rahasianya, dan tidak berusaha mengetahui rahasia-rahasia diri saudaranya. Jika ia melihat saudaranya di salah satu jalan untuk satu kebutuhan, maka ia tidak menyuruhnya menyebutkan kebutuhannya tersebut, dan tidak berusaha mengetahui sumbernya. Ia menyuruhnya pada kebaikan dengan lemah lembut, melarangnya dari kemungkaran dengan lemah lembut, tidak membantah ucapannya, tidak mendebatnya dengan kebenaran atau kebatilan, tidak mengecamnya dalam satu urusan pun, dan tidak menyalahkan perbuaannya.
4)      Memberi sesuatu yang dicintai saudaranya dari lisannya dengan memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, menyebutkan kebaikannya tanpa sepengetahuannya atau di depannya, menyampaikan pujian orang kepadanya sebagai bentuk keiriannya kepadanya dan kebahagiaannya dengannya, tidak menasihati berjam-jam hingga membuatnya gerah, dan tidak menasihati di depan umum karena hal ini mencemarkan nama baiknya. Imam syafi’I Rahimahullah berkata, “Barangsiapa mensehati saudaranya secara rahasia, sungguh ia telah menasehatinya dengan baik, dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang menasehati saudaranya dengan terang-terangan sungguh ia telah mencemarkan nama baiknya.”
5)      Memaafkan kesalahannya, tidak mengambil pusing dengan kekeliruannya, menutup aib-aibnya, berbaik sangka kepadanya, jika saudaranya berbuat maksiat dengan diam-diam atau terang-terangan maka ia tidak memutus persaudaraan dengannya, tidak membatalkan persaudaraanya, namun ia  tetap menunggu taubatnya. Jika saudaranya tetap bertahan berbuat maksiat, ia boleh memutus persaudaraannya dengannya, atau tetap mempertahankan persaudaraan dengannya dengan memberikan nasiha kepadanya, dan terus mengingatkannya dengan harapan saudaranya bertaubat, kemudian Allah Ta’ala menerima taubatnya. Abu Darda’ berkata, “Jika saudaramu berubah, maka engkau jangan meninggalkannya karena hal tersebut, karena saudaramu terkadang menyimpang, namun pada kesempatan lain ia berada atas jalan yang lurus.”
6)      Memenuhi hak ukhuwah/persudaraan/persahabatan dengan menguatkannya dan mempertahannya perjanjiannya, karena memutus ukhuwah itu membatalkan pahala ukhuwah. Jika ia meninggal dunia, ia mentransfer hubungan ukhuwah ini kepada anak-anaknya, dan sahabat-sahabat yang setia kepadanya untuk menjaga ukhuwah, dan setia kepada saudaranya. Rasulullah memuliakan wanita tua, kemudian beliau ditanya tentang sikapnya tersebut, maka beliau bersabda, “Seungguhnya wanita tua ini dulu sering dating kepada kami semasa Khadijah masih hidup, dan sesungguhnya memuliakan janji adalah bagian dari agama,” (HR. Al-Hakim)
7)      Tidak menyuruh saudaranya dengan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan dan tidak ia senangi. Ia tidak boleh bergantung pada harta atau jabatan saudaranya, dan tidak menyuruhnya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan, karena asas ukhuwah ialah karena Allah Ta’ala. Oleh karena itu ukhuwah ini tidak boleh diubah kepada selain Allah, misalnya untuk menarik manfaat dunia, atau menolak mudzarat dunia. Sebagaimana tidak menyuruhnya dengan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan, dan juga tidak boleh mengkondisikan saudaranya menyuruh dirinya mengerjakan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan, karena hal ini merusak ukhuwah dan mengurangi pahala yang keduanya harapkan dari ukhuwah. Ia bersama saudaranya harus membuang sikap pembebanan yang tidak proporsional, karena cara seperti itu menghasilkan sikap jalang yang bertentangan dengan persatuan. Disebutkan dalam atar, “Aku dan orang-orang bertakwa dari umat berlepas diri dari pembebanan yang tidak proporsional.”
8)      Mendokan saudaranya, anak-anaknya, dan apa saja yang terkait dengannya sebagaimana ia senang mendoakan dirinya, anak-anak kandungnya, dan apa saja yang terkait dengannya, sebab seseorang tidak berbeda dengan saudaranya  karena persaudaraan telah menyatukan keduanya. Oleh karena itu, ia harus mendoakan saudaranya baik dalam keadaan hidup, atau mati, atau tidak ada di tempat atau berada di tempat.
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka malaikat berkata, ‘Engkau juga mendapatkannya.’”(HR. Muslim)
NB : Salah seorang dari orang-orang shalih berkata, “Mana perumpamaan seorang saudara yang shalih? Jika salah satu  keluarga seseorang meninggal dunia, maka keluarganya pasti membagi-bagi warisannya, dan mereka menikmati harta peninggalannya. Sedang saudaranya yang shalih, ia berduka sendirian, memikirkan apa yang telah dipersembahkan saudaranya kepadanya, mendoakannya di kegelapan malam, dan memintakan ampunan untuknya sementara ia berada di bawah bintang-bintang.”   
Maraji’ : Al-Jazairi, Abu Bakr Jabir. Ensiklopedi Muslim. PT. Darul Falah : Jakarta


1 komentar:

  1. Buluh Perindu Ki Semar, Media Pelet Paling Ampuh
    Ini Adalah Media Pelet Jarak Jauh, dengan media ini Anda tidak harus kenal dengan target yang Anda Tuju, Cukup tahu wajahnya saja Maka Anda bisa memeletnya. dengan menjilat 3x media ini dia akan simpati pada Anda, dibaca mantranya maka dia akan rindu siang malam selalu pingin ketemu dengan Anda. Garansi (untuk Pria/Wanita). hubungi Dani Akbar : 0838 5688 7373 atau kunjungi peletrokok.blogspot.com

    BalasHapus