A. Pengantar Ukhuwah
Dasar Ukhuwah (persahabatan/persaudaraan) adalah cinta karena Allah.
Rasulullah bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian
beriman, dan kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai”
Ukhuwah yang dibangun bukan atas dasar inta karena Allah adalah ukhuwah
yang rapuh. Contoh-contoh persahabatan bukan karena Allah seperti, persahabatan
karena mau ujian, atau karena hal-hal duniawi yang lainnya.
Orang muslim karena imannya tidak mencintai ketika ia harus mencintai
melainkan karena Allah Ta’ala, dan tidak membenci ketika harus membenci
melainkan karena Allah Ta’ala, karena ia tidak mencintai kecuali apa yang
dicintai Allah dan Rasu-Nya, dan ia tidak membenci kecuali apa yang dibenci
Allah dan Rasul-Nya. Jadi, orang muslim mencintai karena Allah dan Rasul-Nya
dan membenci karena keduanya.
Rasulullah bersabda : “Barangsiapa
mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan
menahan pemberian karena Allah, sungguh ia telah menyempurnakan imannya.”
(HR. Abu Daud)
Berangkat dari perspektif inilah orang muslim mencintai seluruh
hamba-hamba Allah Ta’ala yang shalih, ia berikan loyalitasnya kepada mereka,
membenci seluruh hamba-hamba-Nya yang fasik, dan memusuhi mereka. Ini tidak
menghalangi orang muslim untuk menjadikan sahabat-sahabatnya sebagai saudara
karena Allah, dan ia beri cinta khusus kepada mereka, sebab Rasulullah
menganjurkan menjadikan teman-teman sebagai yang baik sebagai saudara-saudara
karena Allah.
Rasulullah bersabda : “Orang
mukmin itu jinak dan bisa dijinakkan. tidak ada kebaikan pada orang yang tidak
jinak dan tidak bisa dijinakkan. “(HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Al-Hakim)
B. Syarat Ukhuwah (persaudaraan)
Syaratnya ialah harus karena Allah, dan di jalan-Nya.
Dalam artian bersih dari ikatan-ikatan dunia dan materi, serta motivasinya
ialah iman kepada Allah Ta’ala, dan bukan yang lain.
C. Keutamaan Bersahabat Karena Allah
1)
Bersaudara/bersahabat karena Allah merupakan
kesempurnaan iman
2)
Mereka berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya
pada hari kiamat
Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya disekitar Arasy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, dan
di atas mimbar-mimbar tersebut terdapat orang-orang dimana pakaian mereka
adalah cahaya, wajah mereka adalah cahaya. Mereka bukan nabi dan bukan pula
syuhada. Para nabi dan syuhada iri kepada mereka.” Ditanyakan kepada
Rasulullah, “Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kita.”
Rasulullah bersabda, “Mereka saling mencintai karena Allah, saling duduk karena
Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (HR. An-Nasai)
3)
Orang-orang yang berhak mendapat kecintaan Allah
Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Kecintaan-Ku berhak dimiliki
orang-orang yang saling berkunjung karena-Ku. Kecintaanku berhak dimiliki
orang-orang yang saling menolong karena-Ku.” (HR. Ahmad dan Al-hakim)
Rasulullah bersabda :”Seseorang berkunjung kepada saudaranya di desa lain, kemudian Allah
menyuruh malaikat untuk berjalan mengikutinya. Ketika malaikat tersebut bertemu
dengan orang tersebut, ia bertanya, ‘Engkau akan pergi kemana?’ Orang tersebut
menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini.’ malaikat bertanya
‘Apakah karena nikmat yang ingin engkau dapatkan?’ Orang tersebut menjawab,
‘Tidak, hanya saja aku mencintai saudaraku tersebut karena Allah,’ Malaikat
berkata, ‘Aku adalah utusan Allah kepadamu untuk mengatakan kepadamu bahwa
Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai sudaramu tersebut.” (HR.
Muslim)
4)
Orang yang mendapat dilindungi Allah pada hari kiamat
Rasulullah bersabda :”Ada 7 orang yang dilindungi Allah di bawah lindungan-Nya pada hari
tidak ada lindungan selain lindungan-Nya; … dua orang yang saling mencintai
karena Allah, keduanya bertemu karena-Nya dan berpisah karena-Nya…” (HR.
Al-Bukhari)
5)
Ikatan iman yang paling kuat
D. Ciri-ciri Orang yang Harus dijadikan
sebagai saudara
1)
Ia berakal (waras)
2)
Ia berakhlaq mulia, sebab orang yang amoral
kendati ia berakal, namun bisa saja ia dikalahkan syahwat dan emosi
mendominasinya, akibatya ia berbuat jahat kepada orang lain.
3)
Ia bertaqwa, sebab orang fasik yang tidak taat
kepada Tuhannya itu tidak bisa dipercaya, sebab tidak tertutup kemungkinan ia
berbuat jahat terhadap saudara tanpa memperdulikan persaudaraan, dan lain
sebagainya. Karena orang yang tidak takut kepada Allah, tidak akan takut kepada
selain Allah dalam kondisi apapun.
4)
ia berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan
As-Sunnah, jauh dari khurafat dan bid’ah, sebab akibat buruk pelaku bid’ah itu
menimpa temannya.
E. Bagaimana Cara Menjadi Sahabat yang
Istimewa
Untuk menjadi sahabat yang istemawa bagi
sahabat/saudaranya ialah harus memenuhi hak-hak persaudaraan berikut:
1)
Membantu dengan dana. Setiap saudara harus
membantu saudaranya dengan dengan dana jika saudaranya memerlukannya dalam
artian bahwa uang keduanya adalah uang bersama.
2)
Masing-masing dari dua orang yang bersaudara
harus membantu saudaranya dalam memnuhi kebutuhannya, mengutamakan saudaranya
dari pada dirinya sendiri, memeriksa kondisi saudaranya sebagaimana ia
memeriksa kondisi dirinya, lebih mengutamakan saudaranya dari pada dirinya
sendiri atau keluarganya atau anak-anaknya, menanyakannya dalam setiap 3 hari. Jika
saudaranya sakit maka ia menjenguknya, jika saudaranya mengalami kesulitan maka
ia membantu meringankannya, jika saudaranya lupa maka ia mengingatkannya, menyambutnya
dengan hangat jika saudaranya mendekat, member tempat yang luas jika saudaranya
ingin duduk, dan mendengarkan dengan serius jika saudaranya berbicara.
3)
Menjaga lisan dengan tidak membeberkan aib
saudaranya baik sepengetahuan maupun tanpa sepengetahuannya, tidak membongkar
seluruh rahasianya, dan tidak berusaha mengetahui rahasia-rahasia diri
saudaranya. Jika ia melihat saudaranya di salah satu jalan untuk satu
kebutuhan, maka ia tidak menyuruhnya menyebutkan kebutuhannya tersebut, dan
tidak berusaha mengetahui sumbernya. Ia menyuruhnya pada kebaikan dengan lemah
lembut, melarangnya dari kemungkaran dengan lemah lembut, tidak membantah
ucapannya, tidak mendebatnya dengan kebenaran atau kebatilan, tidak mengecamnya
dalam satu urusan pun, dan tidak menyalahkan perbuaannya.
4)
Memberi sesuatu yang dicintai saudaranya dari
lisannya dengan memanggilnya dengan nama yang paling ia sukai, menyebutkan
kebaikannya tanpa sepengetahuannya atau di depannya, menyampaikan pujian orang
kepadanya sebagai bentuk keiriannya kepadanya dan kebahagiaannya dengannya,
tidak menasihati berjam-jam hingga membuatnya gerah, dan tidak menasihati di
depan umum karena hal ini mencemarkan nama baiknya. Imam syafi’I Rahimahullah
berkata, “Barangsiapa mensehati saudaranya secara rahasia, sungguh ia telah
menasehatinya dengan baik, dan menghiasinya. Dan barangsiapa yang menasehati
saudaranya dengan terang-terangan sungguh ia telah mencemarkan nama baiknya.”
5)
Memaafkan kesalahannya, tidak mengambil pusing
dengan kekeliruannya, menutup aib-aibnya, berbaik sangka kepadanya, jika
saudaranya berbuat maksiat dengan diam-diam atau terang-terangan maka ia tidak
memutus persaudaraan dengannya, tidak membatalkan persaudaraanya, namun ia tetap menunggu taubatnya. Jika saudaranya
tetap bertahan berbuat maksiat, ia boleh memutus persaudaraannya dengannya,
atau tetap mempertahankan persaudaraan dengannya dengan memberikan nasiha
kepadanya, dan terus mengingatkannya dengan harapan saudaranya bertaubat,
kemudian Allah Ta’ala menerima taubatnya. Abu Darda’ berkata, “Jika saudaramu
berubah, maka engkau jangan meninggalkannya karena hal tersebut, karena
saudaramu terkadang menyimpang, namun pada kesempatan lain ia berada atas jalan
yang lurus.”
6)
Memenuhi hak ukhuwah/persudaraan/persahabatan
dengan menguatkannya dan mempertahannya perjanjiannya, karena memutus ukhuwah
itu membatalkan pahala ukhuwah. Jika ia meninggal dunia, ia mentransfer
hubungan ukhuwah ini kepada anak-anaknya, dan sahabat-sahabat yang setia
kepadanya untuk menjaga ukhuwah, dan setia kepada saudaranya. Rasulullah
memuliakan wanita tua, kemudian beliau ditanya tentang sikapnya tersebut, maka
beliau bersabda, “Seungguhnya wanita tua ini dulu sering dating kepada kami
semasa Khadijah masih hidup, dan sesungguhnya memuliakan janji adalah bagian
dari agama,” (HR. Al-Hakim)
7)
Tidak menyuruh saudaranya dengan sesuatu yang
tidak mampu ia kerjakan dan tidak ia senangi. Ia tidak boleh bergantung pada
harta atau jabatan saudaranya, dan tidak menyuruhnya mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan, karena asas ukhuwah ialah karena Allah Ta’ala. Oleh karena
itu ukhuwah ini tidak boleh diubah kepada selain Allah, misalnya untuk menarik
manfaat dunia, atau menolak mudzarat dunia. Sebagaimana tidak menyuruhnya
dengan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan, dan juga tidak boleh mengkondisikan
saudaranya menyuruh dirinya mengerjakan sesuatu yang tidak mampu ia kerjakan,
karena hal ini merusak ukhuwah dan mengurangi pahala yang keduanya harapkan
dari ukhuwah. Ia bersama saudaranya harus membuang sikap pembebanan yang tidak
proporsional, karena cara seperti itu menghasilkan sikap jalang yang
bertentangan dengan persatuan. Disebutkan dalam atar, “Aku dan orang-orang
bertakwa dari umat berlepas diri dari pembebanan yang tidak proporsional.”
8)
Mendokan saudaranya, anak-anaknya, dan apa saja
yang terkait dengannya sebagaimana ia senang mendoakan dirinya, anak-anak
kandungnya, dan apa saja yang terkait dengannya, sebab seseorang tidak berbeda
dengan saudaranya karena persaudaraan
telah menyatukan keduanya. Oleh karena itu, ia harus mendoakan saudaranya baik
dalam keadaan hidup, atau mati, atau tidak ada di tempat atau berada di tempat.
Rasulullah bersabda, “Jika seseorang mendoakan
saudaranya tanpa sepengetahuannya, maka malaikat berkata, ‘Engkau juga
mendapatkannya.’”(HR. Muslim)
NB : Salah seorang dari
orang-orang shalih berkata, “Mana perumpamaan seorang saudara yang shalih? Jika
salah satu keluarga seseorang meninggal
dunia, maka keluarganya pasti membagi-bagi warisannya, dan mereka menikmati
harta peninggalannya. Sedang saudaranya yang shalih, ia berduka sendirian,
memikirkan apa yang telah dipersembahkan saudaranya kepadanya, mendoakannya di
kegelapan malam, dan memintakan ampunan untuknya sementara ia berada di bawah
bintang-bintang.”
Maraji’ : Al-Jazairi, Abu Bakr
Jabir. Ensiklopedi Muslim. PT. Darul
Falah : Jakarta
Buluh Perindu Ki Semar, Media Pelet Paling Ampuh
BalasHapusIni Adalah Media Pelet Jarak Jauh, dengan media ini Anda tidak harus kenal dengan target yang Anda Tuju, Cukup tahu wajahnya saja Maka Anda bisa memeletnya. dengan menjilat 3x media ini dia akan simpati pada Anda, dibaca mantranya maka dia akan rindu siang malam selalu pingin ketemu dengan Anda. Garansi (untuk Pria/Wanita). hubungi Dani Akbar : 0838 5688 7373 atau kunjungi peletrokok.blogspot.com